Selasa, 20 Oktober 2009

hati

Saya kasihan, sebenarnya, dengan hati saya.
Awalnya, tak ada maksud sama sekali untuk membuatnya sering sesak akhir-akhir ini.
Saya sayang hati saya.
Siapapun, ingat ya, siapapun, tak ada yang berhak untuk menyakitinya.
Tapi, kadang saya sendiri tak bisa menjaga dan akhirnya, si hati meringis, perih, kesakitan.

Saya bingung sendiri saat si hati ingin menangis, sedikit meronta dan meminta.
Bingung harus berbuat apa.
Bingung bagaimana mendiamkannya agar tak mengeluarkan setetes pun air mata.
Kadang saya suka kelabakan. Apa harus dibelikan mainan agar si hati tak merasakan itu semua dan menjadi longgar? Oh, ya ampun, hati saya bukan anak kecil! Maka, raga yang akhirnya berkamuflase dengan mimik yang tetap dibuat ceria. Sang hati pun terselamatkan.

Hati ini teman hidup saya. Dia yang paling mengerti segalanya, karena omong kosong saat orang lain berkata bisa merasakan apa yang kita rasakan karena mereka tidak benar-benar bisa. Mengerti apa mereka?! Bahkan hati mengerti saat saya tak perlu bercerita.

Untuk waktu yang belakangan ini seperti berperang dengan hati, untuk perasaan yang membuat hati berkecamuk, untuk cinta yang bermain dengan hati.
Kabar hati saya sedang tidak baik-baik saja.

Sabtu, 17 Oktober 2009

bertutur

Saya masih di Banjarnegara, kota kecil yang banyak orang mengerutkan dahi dan menjawab nggak tahu ketika saya bertanya 'tau nggak?'

Malam tadi, kami, sekeluarga baru saja mengadakan pengajian seratus hari meninggalnya mbah putri. Ini memang bukan tuntunan agama, hanya budaya masyarakat yang tidak ada salahnya juga bila dilaksanakan, intinya silaturhami dan selalu ingat yang Kuasa, bahwa kita pun akan diambil kapan saja, sewaktu-waktu.
Jadi ingat teman satu kelas saya di kampus, Yaya namanya, yang lebih dulu kembali kepangkuanNya saat Ramadhan kemarin. Kapan giliran kita?
Semoga bekal kita cukup nantinya ya, karena ga mungkin untuk minta transfer saat kehabisan bekal itu. Hanya amal dan sepi yang menemani.

Ohoho, maaf, awalnya sama sekali tak ada niat untuk menulis tentang itu. Hanya mengikuti jari-jari saya yang bergerak kesana kemari. Jadilah ini...

Jumat, 16 Oktober 2009

Cerita kecewa

Ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Apalagi untuk mendapatkan selempang dan gelar itu.
ah, sama sekali tak ada bayangan. Walaupun harapan dan keinginan tetap ada. tapi, semua dilakukan tanpa disertai obsesi yang menggebu gebu dengan semangat yang berkobar kibar.

tapi, setelah ternyata Tuhan menyampaikan amanatnya melalui perantara selempang *yang derajatnya belum seberapa* itu, mau bagaimana lagi?
Bukan pasrah, tapi menerima dengan senang hati.. syalalalalalaaaa... :DD

Dan selanjutnya, seperti yang tak pernah terbayangkan itu, terjadilah.
Mungkin, kalau ga salah dan ga lupa, ini sudah minggu ke tiga saya bolak balik Jogja-Banjarnegara. Buat apa? Ya itu tadi, semoga anda bisa menangkap maksud saya, jangan sampai jatuh ya, nanti pecah! *???@$#%*

Awalnya, saya pikir ini bukan perjalanan yang melelahkan.
tapi kenyataannya sungguh berbeda sodara-sodaraaaaa...
Apalagi jika schedule yang ditetapkan tidak sesuai seperti apa yang direncanakan..
See, ini menjadikan saya membabi buta untuk mencari seorang manajer pribadi..*upss, serasa public figure kelas bintang sebelas*

Sebagai sebuah Instansi kedinasan di lingkup pemerintah, yang saat ini menaungi saya, harusnya mampu untuk menghandle segalanya sebagai konsekuensi dan kontrak kerja selama satu tahun ini. Mungkin, ini akan lain ceritanya kalau saya ada di kota yang sama dan tak perlu ada di jalanan panjang setiap minggunya 'hanya' untuk sekedar fitting baju atau mengisi formulir pendaftaran di tingkat selanjutnya.
Dan faktanya, saya memang harus sedikit berkorban agar semua lancar. Walaupun, pada akhirnya saya sendiri yang menelan pil pahit dan gigit jari sampai kempot karena ternyata pada kesempatan itu segala agenda yang ada hanya buaian.
Kenapa tidak dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya?
Sebelum saya meninggalkan Jogja dan rela weekend saya direnggut dengan segala agenda itu?

Rasa capek tadi malam sepertinya makin menjadi. Kaki saya semakin pegal.

Selasa, 06 Oktober 2009

Mendung pagi ini, seperti mengerti..

mungkin lama sudah tak mengisi beberapa huruf di sini.
sampai lupa bagaimana entri postingan baru *ini serius*

sudah berbulan bulan, masih sama seperti postingan di bawah ini.
saya seorang pencemburu walaupun sampai saat ini masih dicemburui habis-habisan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...